Mengetahui Potensi dan Bakat Anak
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Mengetahui Potensi dan Bakat Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Senin, 23 Sya’ban 1442 H / 6 April 2021 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengetahui Potensi dan Bakat Anak
Sebelum mengembangkan bakat atau menemukan potensi unik dalam diri anak, perlu dipastikan kecenderungan positif yang terpendam pada diri anak tersebut. Bakat atau kemampuan anak dapat kita ketahui melalui beberapa cara, di antaranya adalah:
1. Menjalin komunikasi yang intens dengan anak disertai rasa cinta dan kasih sayang
Dengan komunikasi ini, dia akan terbuka terhadap hal-hal terpendam dalam dirinya. Komunikasi orang tua dengan anak harus lancar. Karena kalau komunikasi itu terputus, maka orang tua selaku pemerhati tidak akan tahu apa yang terpendam dalam diri anak mereka.
Maka jalinlah komunikasi terus-menerus dengan anak. Sehingga mereka merasa leluasa untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati mereka, tentang keinginan-keinginan, cita-cita, dan sesuatu yang mungkin mereka sembunyikan.
Tidak semua kelebihan-kelebihan pada anak itu mereka tunjukkan, kadang-kadang mereka pendam. Boleh jadi karena takut, atau mungkin khawatir hal itu salah dalam pandangan orang tua sehingga mereka kadang-kadang menyembunyi hal tersebut.
Maka perlu komunikasi dengan anak supaya kita bisa mengeksplor/menggali lebih banyak lagi hal-hal yang tersembunyi dalam diri anak.
2. Terus-menerus melihat dan mengamati prestasi/ kemampuan anak yang menonjol
Tentunya ini perlu kita lihat dan amati terus-menerus. Dengan pengamatan seperti ini, biasanya kita bisa melihat apa yang menonjol. Karena di sana mungkin banyak hal-hal yang bisa dilakukannya. Tapi tentunya tidak sama antara satu perkara dengan perkara yang lain, antara satu keahlian dengan keahlian yang lain.
Kita yang bakatnya mungkin tidak terasah dari kecil, karena orang tua mungkin tidak memperhatikan dan setelah dewasa kita tahu potensi yang ada dalam diri kita, maka kita merasa rugi dan menyesalinya. Kenapa itu tidak diasah sehingga semakin mengkilap? Sehingga potensi positif itu terbuang sia-sia.
Hal itu tidak boleh terjadi pada anak kita. Kalau kita dahulu mungkin karena keterbatasan ilmu orang tua, kita sebagai orang tua harus memperbaiki sisi-sisi yang terluput dalam hidup. Anak-anak kita lahir dengan potensi masing-masing, orang tua yang menemukan, menggali dan mengembangkan potensi-potensi tersebut.
3. Bertanya dan berdiskusi
Ini lebih dari sekedar komunikasi. Yaitu bertanya dan berdiskusi/berdialog dengannya tentang berbagai kegiatan, terutama hal-hal yang dia sukai. Hal ini ntuk menilai juga apakah potensi itu mengarah kepada hal yang positif atau negatif. Kalau negatif, bisa kita belokkan kepada hal-hal yang positif.
Biasanya bakat yang terpendam adalah suatu yang positif, cuma diarahkan kepada perkara-perkara negatif. Seorang anak diklaim punya bakat seni, padahal dia bisa menjadi seorang qori’ yang luar biasa dengan kemampuan itu.
Bakat itu tajam laksana pisau, tapi dia bermata dua. Tergantung siapa yang mengasahnya dan kemana diarahkan. Kalau diarahkan kepada hal-hal negatif, maka dia bisa berkembang di situ juga. Tapi tentunya kita tidak ingin seperti itu, kita ingin bakat anak kita terarah kepada hal-hal yang positif, mendatangkan manfaat dan faedah, bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi orang lain. Di sinilah peran kita sebagai pengarah bakat anak-anak kita.
4. Memperhatikan kekuatan hafalan dan imajinasinya
Biasanya, hal yang paling menonjol pada seorang anak adalah kekuatan hafalan. Dan ini bisa dilatih. Anak yang dibiasakan menghafal dari kecil, maka otaknya biasa untuk menghafal, bukan suatu pekerjaan yang berat baginya. Sayangnya di dalam dunia pendidikan kita kebiasaan menghafal itu tidak ditekankan/diwajibkan.
Berbeda antara satu anak dengan anak yang lain dalam hal kecepatan menghafal dan ketahanan hafalan. Maka mengasah hafalan anak itu memang pada masa kecil. Karena kalau kita berbicara tentang hafalan, maka nilai hafalan itu terletak pada kemampuan menghadirkan hafalan pada saat-saat diminta yang sifatnya spontan/tiba-tiba.
Kalau kecepatan menghafal, maka orang dewasa lebih cepat menghafal daripada anak-anak. Tapi istihdhar belum tentu. Kita orang dewasa cepat menghafal, tapi cepat juga lupa. Lebih parah lagi kita tidak bisa menghadirkan hafalan pada saat yang kita inginkan atau secara spontan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak kajian lengkapnya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50047-mengetahui-potensi-dan-bakat-anak/